Menekankan Penindasan di Sekolah: Jika tidak ada di internet, maka hal ini tidak akan ditangani

1
24
Menekankan Penindasan di Sekolah: Jika tidak ada di internet, maka hal ini tidak akan ditangani
Menekankan Penindasan di Sekolah: Jika tidak ada di internet, maka hal ini tidak akan ditangani

TERBARU.LINK – Menurut penilaian Syaiful, pihak sekolah belum mengambil langkah proaktif untuk menghentikan perundungan.

Faktanya, dia mengklaim banyak perundungan terjadi secara berkelompok.

Ia menyatakan, Selasa (24/9/2024), mengutip dari situs DPR, “Jika tindakan ini terjadi secara individu maka akan sulit di deteksi. Tapi karena di lakukan secara bersama-sama, jika deteksi dini di sekolah di lakukan secara canggih, berkelanjutan, maka akan sulit untuk dideteksi. serius, dan di lakukan pemantauan terus menerus, menurut saya tidak akan terlewatkan.”

Kategori ini tidak hanya mencakup institusi pendidikan saja, namun juga Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), serta tenaga kependidikan dan perkantoran.

Ia menyatakan bahwa cara penanganan penindasan saat ini masih tidak metodis dan aturan umumnya adalah “tidak viral, tidak ada keadilan”.

HARUS VIRAL BARU DITINDAK

Jadi kalau tidak viral, tidak akan ada penanganannya. Sekolah tidak akan sadar jika tidak di sebarluaskan.”

Dia berkomentar, “Itulah sebabnya saya menyebutnya sebagai tindakan yang sistemik, besar, dan terstruktur yang berkinerja buruk.”

“Sebenarnya, menurut saya perundungan akan dipandang sebagai sesuatu yang tidak penting dan lumrah jika episode tersebut tidak menjadi viral,” lanjutnya.

BACA JUGA : Tingkat kecanggihan apa yang ditawarkan kamera AI yang hadir pada realme 13 Pro Series 5G?

Dia menyatakan bahwa untuk mengakhiri intimidasi di sekolah, perlu ada peningkatan kesadaran dan pekerjaan rumah kolaboratif di masa depan.

PERUNDUNGAN

Berdasarkan data yang di lansir Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), hingga Maret 2024 terdapat 141 kasus perundungan, dan 46 kasus diantaranya adalah korban yang kehilangan nyawa akibat perundungan.

Remaja yang menjadi korban perundungan juga sering kali menjadi korban trauma kronis.

“Ada kemungkinan seorang anak muda yang mengalami trauma pada akhirnya akan tumbuh dewasa dan terus menyakiti orang lain dengan cara yang sama.”

“Ada risiko jangka panjang yang terkait dengan hal ini, yaitu bahwa penindasan dapat mereplikasi diri sendiri. Ketika korban mengalami trauma berkepanjangan dan terlibat dalam perilaku yang pada akhirnya mereka lakukan pada diri mereka sendiri dan menimpa orang lain. Penindasan dapat menjadi tidak terkendali. , “katanya.

1 KOMENTAR

Komentar ditutup.